
Aku menghela napas sebelum menulis kisah ini. Kenapa? Karena kejadian ini terjadi beberapa kali dengan dihadapkan oleh hubungan persahabatan.
Bukankah wajib kita menghadiri undangan pernikahan jika kita senggang dan Allah mengizinkan? Apalagi yang sedang berbahagia itu adalah seorang sahabat?
Kejadian sore kemarin mengingatkan aku pada episod terdahulu. Saat terik mentari, kusempatkan datang saat libur kuliahku. Yah.. 8 tahun yang lalu. 2 motor, 4 orang untuk menghadiri undangan sahabat kosku di SMA. Jauh tak terasa. Manalagi saat tiba di tempat yang dituju.
Episod kedua, sahabatku dari sejak kelas satu SMA. Pun, pulang kuliah dari Cempaka Putih aku sempatkan ke tempatnya demi memenuhi undangannya sampai-sampai aku tak mampir ke rumah.
Episod selanjutnya, bukan pada hari H nya aku datang. Tapi 3 hari kemudian. Bersama abangku menghadiri undangan sahabat kos di kuliah.
Dan kemarin, memenuhi undangan sahabat kos setelah aku kerja. Awalnya, suamiku bermalasan untuk pergi karna sudah jam 1. Prediksi bisa sore sampe sana. Dari Bekasi, panas terik menyengat. Sampe di Bantar Gebang, titik itu mulai jatuh. Suamiku mengajak berteduh. Aku bilang hujannya ga lama karena panas. Selang satu kilo, ga hujan. Begitu seterusnya. Hingga melewati Mekar Sari. Tanya ke orang, masih jauh perumahannya. 8 KM. Subhanallah.. sama aja ma pulkam nih!
Masya Allah.. tiba di pintu gerbang itu perumahan, hujan mulai mengguyur. Makin ke perumahan makin deras. Kita ga bawa jas hujan. Hmm.. Sampe di tengah aku bilang sama suamiku aku ga kuat. badanku dah dingin. Akhirnya kita berteduh di pos. Beberapa lama kita menunggu lalu melanjutkan lagi. Belum jauh, hujan mengguyur lagi. Berhenti lagi kita di pos satpam. Setelah setengah jam menunggu ga ada tanda-tanda berhenti kita putuskan untuk lanjutin perjalanan karena tinggal sedikti lagi. Basah-basahan kita Alahmdulillah sampe juga. Di sana, kecuekan itu terulang lagi. Robb.. apa ini sambutan yang kita dapat setelah jauh-jauh mencoba memenuhi undangan? Suamiku kelihatan tidak nyaman. Dia diam aja. Setelah makan, kita putuskan untuk pulang. Meski hujan masih deras. Ah.. nelangsa aku kala itu. Manalagi begitu memeluknya, basah kuyup jaketnya. Aku tau, dia merasa sangat dingin. Ironis.. sepanjang perjalanan menuju Bekasi kita hujan-hujanan. Memasuki wilayah Bekasi, kering. Sama sekali ga hujan. Aku dan suamiku melepas napas berat. Apalagi saat sampe di kontrakan.
Alhamdulillah.. kita sampe dengan selamat. Terima kasih buat sahabat-sahabatku karena mengundangku. Terima kasih atas 'jamuan' yang kalian suguhkan pada kami
0 komentar:
Posting Komentar