http://mlbboards.com

Kamis, 28 Oktober 2010

Haru Biru

Dia datang dengan hati bimbang
Raut wajah yang seperti nelangsa
Menatap sendu, dari balik pagar besi rumah 58
Ketika kudapati dirinya tengah menunggu di luar sana dengan nanar, tidak seperti biasa
Lantas dia masuk, hanya terpaku menatapku..
Tak ada ucapannya, begitupun dariku
Seakan lengang oleh sunyinya malam
Sejurus kemudian dia melepas kantong keresek yang dia bawa ke bangku panjang seraya pamit “Aku sholat Isya” melajukan motornya ke masjid itu.

Masih kudapati dirinya dengan wajah nelangsa selepas sholat, tapi kutau dia berusaha tenang
Sebaris kalimatnya, “Kepada siapa lagi kalau bukan kepada-Nya”
Serta merta kuserahkan kotak itu, aku berdiri terpaku
“Tidak bisa diselesaikan dengan berdiri” Katanya seraya beristighfar
Dia tak bergeming, “Kenapa dikasih ke aku? Kasih saja anak yatim atau orang yang membutuhkan”
Diberikannya lagi kotak itu padaku, begitu seterusnya
sampai ketika aku langsung sodorkan kotak itu padanya kemudian masuk.
Hmm.. padahal hendak mengambil kursi ketika menoleh dia hendak pergi
Mungkin dikiranya aku akan langsung pergi ke lantai 2 setelah menutup pintu
Aku duduk, jauh darinya
“Maafin Abang yah, De”
Aku diam saja
Ketika menoleh, kotak itu ada di bawah
lagi-lagi kuserahkan kotak itu padanya
Dia menghela napasnya kembali dan beristighfar
Tak lama, dia coba buka kotak itu
Tidak ada isinya, katanya
dia mencari-cari
Dan.. tak ditemuinya yang dia maksud
Hanya selembar kertas nota
Dia menoleh.. dan… tersenyum
Makin lama makin mengembang
Dia tertawa
Tawa manis, tawa kelapangan
Tawa terindah selama aku mengenalnya

—( 24 Oktober 2010 )–

Minggu, 24 Oktober 2010

Episode Haru Biru


Dia datang dengan hati bimbang
Raut wajah yang seperti nelangsa
Menatap sendu, dari balik pagar besi rumah 58
Ketika kudapati dirinya tengah menunggu di luar sana dengan nanar, tidak seperti biasa
Lantas dia masuk, hanya terpaku menatapku..
Tak ada ucapannya, begitupun dariku
Seakan lengang oleh sunyinya malam
Sejurus kemudian dia melepas kantong keresek yang dia bawa ke bangku panjang seraya pamit “Aku sholat Isya” melajukan motornya ke masjid itu.

Masih kudapati dirinya dengan wajah nelangsa selepas sholat, tapi kutau dia berusaha tenang
Sebaris kalimatnya, “Kepada siapa lagi kalau bukan kepada-Nya”
Serta merta kuserahkan kotak itu, aku berdiri terpaku
“Tidak bisa diselesaikan dengan berdiri” Katanya seraya beristighfar
Dia tak bergeming, “Kenapa dikasih ke aku? Kasih saja anak yatim atau orang yang membutuhkan”
Diberikannya lagi kotak itu padaku, begitu seterusnya
sampai ketika aku langsung sodorkan kotak itu padanya kemudian masuk.
Hmm.. padahal hendak mengambil kursi ketika menoleh dia hendak pergi
Mungkin dikiranya aku akan langsung pergi ke lantai 2 setelah menutup pintu
Aku duduk, jauh darinya
“Maafin Abang yah, De”
Aku diam saja
Ketika menoleh, kotak itu ada di bawah
lagi-lagi kuserahkan kotak itu padanya
Dia menghela napasnya kembali dan beristighfar
Tak lama, dia coba buka kotak itu
Tidak ada isinya, katanya
dia mencari-cari
Dan.. tak ditemuinya yang dia maksud
Hanya selembar kertas nota
Dia menoleh.. dan… tersenyum
Makin lama makin mengembang
Dia tertawa
Tawa manis, tawa kelapangan
Tawa terindah selama aku mengenalnya

—( 24 Oktober 2010 )–
 
Efek Blog